Sang Pencabut Nyawa


 

Sebab Rasa ingin peroleh lebih

rela gadaikan kehormatan diri

rakus akan harta benda dunia

dengan cara tak semestinya.


Begitulah sifat asli manusia

manusia yang buta hatinya

tidak dapat membedah dunia

dengan cara yang sempurna.


Halalkan segala macam upaya

lebih kejam dari alam rimba

menghujam dengki serta fitnah

mencari korban tuk jadi terdakwah.


Dengan perasaan tak berdosa

bergembira dengan suka ria

tertawa bahagia berpesta pora

mempreteli nurani dalam diri.


Ia berteriak berulangkali

Aku tidak peduli...

Aku tidak peduli...

Aku Takan pernah mati.


Saat akalnya mulai mati

alam kematian medekati

penyesalan mulai merasuki

"Kemana aku akan pergi!"


Malaikat mulai menghampiri

Hei! Tuan yang tak tahu diri

inilah semua hasil ketamakan

telanlah dengan rasa penyesalan.


Inilah pil penyembuh dirimu

telanlah pil-pil penyesalan

agar Tuan hidup abadi

menunju ruang tidak berdebu.


Tuan yang tamak tersenyum

mengira akan hidup abadi

"Terimakasih dewa Bumi"

"Kau telah bermurah hati,"


Pil penyesalan mulai dikunyah

menelan penuh rasa bangga

badan mulai menjadi dingin

ruhnya keluar ditarik paksa.


Ia mulai menyadari semua 

bahwa alamnya telah berubah

ruhnya merasakan kepedihan

hanya sisakan rasa penyesalan.


"Tuan, Akulah malaikat maut

bukanlah dewa-dewi bumi

bukan pemberi hidup abadi

Aku Izroil Sang Pencabut Nyawa,"



(B_yk)


C.21.12.2021.Rb


Hanya sebuah puisi pengingat akan kematian.



Gambar diedit diambil dari akun unsplash @axeleres 




Related Posts:

0 Response to "Sang Pencabut Nyawa"

Post a Comment