Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pengertian Beton Bertulang Definisi Sejarah Pada Teknologi Konstruksi



Pengertian Beton Bertulang Definisi Sejarah Pada Teknologi Konstruksi

Pengertian Beton Bertulang (Reinforced Concrete) Sejarah, Definisi pada Teknologi Konstruksi.


Bameswarablogs -- Beton bertulang atau Reinforced Concrete merupakan matrial untuk konstruksi bangunan gedung, Beton bertulang (Reinforced Concrete Bar) memiliki berat jenis matrial sebesar 2500 kg/M3 atau 156,07 lb/ft3. Bahan matrial beton bertulang dapat diaplikasikan pada struktur bawah seperti pondasi, sloof, dan floor lantai dan struktur atas misalnya kolom, ring balk, slab, dan masih banyak lagi yang dapat digunakan menggunakan beton bertulang. Pada kesempatan ini Author akan membahas mengenai matrial beton bertulang namun perlu digaris bawahi dalam postingan ini tidak  akan ada perhitungan beton bertulang, Author akan membahas beton bertulang (Reinforced Concrete) dari sejarah, definisi dan perkembangannya pada teknologi konstruksi.

A. SEJARAH BETON BERTULANG


Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai bahan pembentuk, bahan perekat campuran agregat seperti pasir, semen, dan batu kerikil (Corals), sebenarnya sudah digunakan sejak zaman Yunani, dan Zaman Romawi yang kemungkinan juga sudah digunakan sebelum itu. Akan tetapi perkembangan penggunaan beton baru bisa berkembang pesat pada sekitar abad 18 dan awal abad 19 hingga sekarang.

Perkembangan beton tentunya dipelopori oleh orang-orang yang memiliki ketertarikan pada matrial berbahan beton, tokoh-tokoh inilah yang mendapatkan beberapa hak paten atas karya-karya mereka dengan menggunakan bahan matrial beton, diantaranya sebagai berikut:

1. F. Coignet (1801) : F. Coignet membuat sebuah karya tulis yang berhasil diterbitkan di tahun 1801, karyanya tentang perinsip-perinsip konstruksi beton dengan meninjau kelemahan bahan matrial beton terhadap gaya tarik.

2. J.L. Lambot (1850) : J.L. Lambot pertama kali membuat miniatur kapal kecil dari semen, dan hasil karyanya dipamerkan pada pameran dunia pada tahun 1854 di Paris, Perancis. Dia mendapatkan hak paten atas karyanya tersebut pada tahun 1855.

3. W. B. Wilkinson (1854) : W.B Wilkinson berasal dari Inggris, dia berhasil membuat plat lantai beton bertulang dan ia juga pada tahun 1854 berhasil mendapat hak paten atas karyanya plat lantai beton bertulang (Slab).

4. Joseph Monier (1867) : Monier merupakan seorang berkewarganegaraan Prancis, dia merupakan seorang yang berprofesi sebagai ahli taman, karena profesinya sebagai ahli taman Joseph Monier menciptakan wadah tanaman dengan matrial beton bertulang, dan pada tahun 1867 karyanya tersebut mendapatkan hak paten. Setelah mendapatkan paten pertama kalinya Monier terus mengembangkan karyanya itu kedalam bentuk-bentuk lain yang berhasil juga mendapatkan hak paten diantaranya pipa dan tangki beton bertulang (1868), pelat datar beton bertulang (1869), Jembatan beton bertulang (1873), dan tangga beton bertulang (1875). Monier juga berhasil mendapatkan hak paten dari German International Standaritation pada tahun 1880-1881 atas karyanya berupa bantalan kerta api, jambangan bunga bulat, plat datar, dan saluran pengairan beton bertulang.

5. Koenen (1886) : Koenen merupakan seorang akademinis teknik yang berhasil menerbitkan karya tulis tentang teori dan perancangan struktural beton bertulang.

6. C. A. P. Turner (1906) : Pertama kali mengambangkan flat slab tanpa balok.

Perkembangan matrial berbahan beton bertulang mengalami kemajuan yang sangat signifikan terjadi pada dunia konstruksi bangunan gedung, maka sejumlah negara membentuk badan standarisasi terkait matrial beton bertulang diantaranya GCRC (German Commite For Reinforced Concrete), ACC (Australia Commite Concrete), ACI (American Concrete Institute), BCI (British Concrete Institute), PBI (Peraturan Beton Bertulang Indonesia).

Kemajuan teknologi matrial beton bertulang awal abad 19 itu membuat banyaknya bangunan-bangunan gedung, jembatan, bendungan, tempat penampungan air, irigasi yang berbahan matrial beton bertulang sebelum tahun 1920-an atau masa pertengahan abad ke 19. Disamping bangunan-bangunan yang berdiri tersebut para peneliti sudah mengembangkan teori tentang ' prategang linier ' dan ' non linier ' , dan penelitian lainnya mengenai matrial berbahan beton bertulang hingga dewasa ini.

B. DEFINISI BETON BERTULANG


Beton bertulang (Reinforcing Concrete) yaitu beton yang mengandung batang besi baja atau jaring besi (wermesh) untuk meningkatkan kekuatan tariknya. Campuran agregat beton bertulang diantaranya pasir, kerikil/batu split/coral dan semen dengan perbandingan masing-masing agregat sesuai dengan mutu beton yang akan dibuat seperti misalnya mutu K-175 dengan perbandingan 1PC : 2 Pasir : 3 Kerikil dan air secukupnya.

Pada saat pelaksanaan biasanya menggunakan beton sesuai dengan volume kubikasi area yang akan dilakukan pengecoran apabila kubikasinya besar dan memungkinkan untuk dilalui Ready Mixer Concrete maka bisa menggunakan Ready Mixer yang sering lazimnya di Indonesia disebut mobil Molen (Ready Mixer Concrete). Namun jika kubikasi kecil cukup menggunakan site mixer (mesin molen) atau dengan mengaduknya secara manual sesuai dengan takaran untuk masing-masing agregat campurannya.

C. BAHAN SUSUN BETON


Perkembangan beton hingga sekarang ini merupakan bahan matrial yang masih sangat familiar dan banyak digunakan untuk pembangunan dalam pekerjaan teknik sipil, seperti misalnya pada bangunan Gedung, Jembatan, bendung, saluran irigasi, tempat bunga, dan lain sebagainya.

Sederhananya matrial beton disebut sebagai beton itu karena terbentuk oleh pengerasan campuran antara semen, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), dan air. Dan bisa juga ditambahkan cairan kimia sperti admixture untuk mempercepat proses pengeringan beton dan juga untuk memperbaiki kualitas beton.

Campuran dari bahan susun (semen, pasir, kerikil, dan air) yang masih plastis kemudian dicor ke dalam acuan dan dilakukan perawatan secara berkala untuk mempercepat reaksi hidrasi campuran semen air yang dapat menyebabkan pengerasan beton. Bahan yang terbentuk ini disebut Beton dimana beton memiliki kekuatan tekan yang sangat tinggi akan tetapi rendah terhadap ketahanan tarik.

Campuran semen dan air akan membentuk pasta semen, fungsi dari pasta semen ini sebagai bahan pengikat. Sementara pasir dan kerikil merupakan bahan agregat yang fungsinya sebagai bahan isian yang diikat atau diperkuat oleh pasta semen. Dimana semua bahan-bahan yang bercampur tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh dan dengan lambat-laun akan mengalami pengerasan serta padat yang familiar kita sebut dengan sebutan beton.

D.SYARAT BAHAN-BAHAN SUSUN BETON


Pastinya kalau kualitas bahan menentukan semua hasil akhir dari sebuah proses, termasuk juga dalam pembuatan beton bertulang bahan-bahan yang digunakan harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan dan berkualitas baik. Diantaranya :

1. Persyaratan Air

Air yang digunakan untuk beton sebaiknya menggunakan air bersih yang bebas dari kotoran. Air yang diperoleh dari sumur atau mata air, atau air yang berasal dari perusahaan air minum, air yang bebas dari bau dan sampah pada umumnya cukup baik untuk pembentukan beton.

Dalam PBI (Peraturan Beton Bertulang Indonesia) tahun 1971 untuk air yang digunakan membuat beton bertulang dan perawatan beton bertulang harus tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam, bahan organis atau bahan-bahan lain yang merusak beton atau dapat mengakibatkan rusaknya baja Tulangan (korosi).

2. Persyaratan Semen

Menurut SII 0031-81 (Tjokrodimuljo, 1996) semen yang sering disebut dengan semen Portland yang dipakai di Indonesia dibagi menjadi 5 Janis semen, yaitu :

a) Jenis 1 : Semen Portland untuk penggunaan umum, tidak memerlukan persyaratan khusus.

b)Jenis II : Semen Portland untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas hidrasi sedang

c)Jenis III : Semen Portland untuk beton dengan kekuatan awal hingga tinggi (cepat mengeras)

d) Jenis IV : Semen Portland untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah

e) Jenis V : Semen Portland untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat.

3. Persyaratan Pasir

Agregat halus (pasir) yang baik digunakan sebagai bahan pembuatan beton harus memiliki ukuran diameter 1mm sampai 5mm. Pasir yang digunakan sebagai bahan beton, harus meiliki persyaratan sebegai berikut:

a) Berbutir tajam dan keras

b) Bersifat kekal, maksudnya pasir yang digunakan tidak dapat berubah atau lapuk oleh cuaca hujan dan terik matahari

c) Tidak diperbolehkan mengandung lumpur lebih dari 5% dari kadar kering pasir, apabila kadar lumpur dalam pasir tersebut lebih dari 5% maka sebaiknya apabila ingin digunakan untuk mengecor pasir tersebut harus terlebih dahulu dicuci untuk membersihkan kadar lumpurnya.

d) Tidak dipersyaratkan menggunakan pasir laut apabila tidak ada anjuran dari Staf tenaga Ahli

4. Persyaratan Kerikil, Koral, Seplit.

Kerikil termasuk agregat kasar yang memiliki ukuran diameter 5mm -40 mm. Apabila di lokasi pembangunan sulit mendapatkan kerikil maka dapat juga menggunakan batu pecah (split). Kerikil atau split yang memiliki diameter dari 40cm tidak dipersyaratkan digunakan sebagai bahan campuran beton.

Keriki yang diperbolehkan untuk bahan campuran beton harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a) Bersifat padat dan keras tidak memiliki pori

b) Kerikil/Split harus bersih dari kotoran atau lumpur, tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%.

c) Dalam keadaan yang sangat terpaksa apabila tidak menemukan kerikil memiliki permukaan runcing atau kasar, boleh menggunakan kerikil bulat akan tetapi harus tetap memperhatikan kualitas perbandingan bahan ikatnya supaya hasilnya tetap pada dan kokoh.

5. Persyaratan Rebar atau Baja Tulangan beton.

Jenis baja tulangan yang digunakan untuk beton bertulang sebaiknya mengikuti anjuran sesuai dengan standar besi yang dipersyaratkan sesuai lokasi dimana proyek dilaksanakan. Akan tetapi berikut syarat kualitas baja Tulangan yang boleh dipakai untuk beton bertulang:

a) Besi baja Tulangan harus memiliki diameter yang sesuai dengan kebutuhan beban maksimal pada Struktur yang ditopang termasuk berat beton itu sendiri, jadi tidak boleh sembarangan untuk menggunakan diameter pada tulang beton.

b) Kualitas baja Tulangan harus berkualitas baik atau tidak terkena korosi atau karat

c) Baja Tulangan harus diletakan dengan jarak spasi yang sesuai tidak boleh lebih dari 5cm dari selimut beton

d) Baja Tulangan harus diikat menggunakan kawat ikat yang berkualitas baik dan tidak karat serta harus dipasang dan diikat dengan kuat dan rapih.

e) Koneksi pada sambungan dan ujung-ujung baja Tulangan harus terkoneksi dengan baik dan benar tidak boleh hanya diletakan didalam cetakan saja.

Mungkin itu saja penjelasan mengenai pengertian beton bertulang, semoga bermanfaat kurang dan lebihnya mohon maaf. Apabila ada kurang mohon dimaklumi jangan dilebih-lebihkan dan apabila ada yang tidak berkenan silahkan masukannya di kolom komentar. Sekian saja, selamat beraktifitas. See you next time.





Post a Comment for "Pengertian Beton Bertulang Definisi Sejarah Pada Teknologi Konstruksi "